Minggu, 24 Januari 2016

Dua Puluh Empat

Aku tidak pernah menganggap hari lahir adalah hari spesial, sejak beberapa tahun terakhir.
Entah sejak kapan, tidak ada kue, tidak ada pesta, bahkan senyum sumringah pun tidak ada.
24 Januari ini menjadi hari biasa, seperti 365 hari lainnya di tahun ini.
Mungkin karena tidak ada perayaan spesial, tidak ada hal spesial yang perlu dirayakan.
Adanya bertambah tua.
Lalu, pertanyaan dari diri sendiri menyentil.
'Makin tua, makin jadi baik, tidak?'

Dua puluh empat.
'Cepat juga,' cetusku dalam hati.
Setahun lagi menuju seperempat abad. Tahun yang sangat dekat dengan istilah quarter life crisis.
Sudah berbuat apa, sudah menjadi apa, mau menjadi apa, akan menjadi apa?
Tidak perlu tuntutan dari luar, tuntutan dari diri sendiri saja sudah cukup menyakiti.
Menyakiti.
Ya, karena arah tujuannya belum ada.
Gelap.

Secara finansial tidak bagus-bagus amat, secara karir bisa dibilang biasa sekali, secara perilaku malah sepertinya makin memburuk di depan keluarga.

Wah, benar-benar quarter life crisis.

Sudah beberapa tahun ini aku sadar, tidak ada yang bisa dibanggakan dari hidup ini.
Kalo begini terus, ga bakal bisa mandiri sendiri.
Tapi, apa yang bisa dilakukan?

Entahlah, gelap





Dua puluh empat.
Berjalanlah pelan-pelan.
Aku tidak tahu harus berkata apa pada dua puluh lima.

Dan, bisakah kau katakan padaku, 'Tenanglah, inilah hidup. Jalani saja.'