Minggu, 17 Agustus 2014

Seoul Lonely



"Lebih baik kita berpisah."
"Ya, lebih baik begitu."
Satu kalimat darimu, dan satu balasan dariku.

Kata-kata yang kita lontarkan dengan suasana hati begitu buruk...
Kata-kata yang kita ucapkan saat air mata mengambang siap terjatuh...
Kata-kata yang membuat kita saling tertegun, diam tanpa kata, lalu meninggalkan satu sama lain dengan rak-rak perasaan yang porak-poranda.
Hati ini tertinggal, dengan serpihan-serpihan cinta yang semakin tajam menusuk.

Apa yang telah kulakukan?
Tiap detik waktu yang kita lalui dengan kepercayaan akan satu rasa yang sama, apa sudah memudar?
Segala tawa yang tercipta, apa sudah tak berguna?

Apa yang telah kulakukan?
Mengapa aku membalas kata-katamu seperti itu?

***

Aku bahkan tidak ingat apa yang membuat kita bertengkar hebat hari itu.
Pertengkaran akan hal kecil yang merubah hari yang kulalui.
Pertengkaran yang membuat kita berpisah.

Kota ini tiba-tiba tak lagi seriuh dahulu.
Suasananya, tak lagi seceria dahulu.
Kucoba melaluinya.
Kuhabiskan waktu bersama sahabat, namun kekosongan itu tetap tak terisi juga.

Aku tahu, bukan kota ini yang berubah...
Hati ini yang menghampa.

Apa yang telah kuperbuat?
Mengapa aku mengucapkan hal bodoh itu?

***

Bukan kebiasaanku melangkahkan kaki tanpa tujuan.
Namun malam ini, aku kembali menyusuri jalan, memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang.
Menyusuri tepian sungai, menatap kelap-kelip cahaya di kejauhan.
Menyusuri pertokoan yang mulai tutup,
dan sepi itu kembali merongrong sudut hati ini.

Setiap langkah yang kuciptakan membawa banyak pikiran dalam benak ini.
Menjadi orang dewasa, mengapa sesulit ini?
Ego, kenapa harus ikut bertumbuh seiring waktu?
Membuat hati dan bibir ini terus bersitegang.
Ingin namun tak terucap.
Tak ingin namun terucap.

Takkah kau pernah berkata,
“Cinta itu sederhana, kita yang membuatnya rumit.”

Sekarang aku menyetujuinya.
Rasaku saat ini sangat sederhana.
Namun, begitu rumit untuk diutarakan...

Kususuri lorong sepi dengan lampu jalan yang bersinar temaram. selangkah demi selangkah.
Langkah itu tiba-tiba terhenti.
Kau kini berdiri di depanku.
Dengan ekspresi yang tak dapat kumengerti.

***

Kau dan aku, berhadapan tanpa kata.
Apa yang membuatmu berada di sini?
Apa karena rasa sepi yang sama?

Pelan, dengan tak kentara kutarik tangan kiriku ke belakang.
Namun aku menemukan bahwa kau menyadarinya.
Tatapanmu pada tanganku, sikapmu.., kau dan perasaanmu, kembali sulit kubaca.

Lama kita tetap diam.
Sama-sama bimbang untuk mengambil tindakan.
Dengan berat kulangkahkan kaki lagi.
Tak ada kata yang mampu terucap.
Maka, kulakukan hal itu...
Berjalan nelewatimu tanpa menoleh.
Saat selangkah kakiku melewati posisimu, kau pun ikut melangkah pergi.

Aku tak bisa melihat jari-jari di tanganmu tadi.
Atau kau sudah melepaskannya?
Apa kau sudah membuang cincin itu?
Tapi aku hanya bisa membiarnya melingkar di jemari.
Kau tahu berapa kali kulempar cincin ini?
Aku membuangnya berkali-kali.
Namun dengan perasaan hancur, kupungut dan kulingkarkan lagi ke jari yang sama.

Jarak kita semakin jauh, dan keheningan semakin pekat  melingkupi.

"Maafkan kata-kataku. Aku tak pernah ingin berpisah... Ketahuilah bahwa aku masih mencintaimu."
Kata-kata itu, bahkan tak bisa kuucapkan sedikitpun.

***

Apa yang kau lakukan dengan gerakan itu?
Berusaha menyembunyikan tanganmu, jari-jarimu?
Tatapanmu saat melihat mataku tertuju pada tanganmu itu..,
apa menyiratkan rasa bersalah?
Kenapa? Kau sudah melepasnya?

Kau tidak terlihat memperdulikan tanganku tadi.
Takkah kau lihat bahwa aku juga mencoba menyembunyikan telapak tangan kiriku?
Aku tidak ingin kau melihat bahwa aku masih menggunakannya.
Ya, cincin itu masih melingkar di tempatnya selama ini berada, berusaha mempertahankan perasaan yang mulai kehilangan arah.

Tapi sepertinya kau tidak memperdulikannya semua itu.
Langkahmu yang kemudian meninggalkanku menguatkan prasangka itu.

Inikah jawabanmu?

Apa cinta itu tak lagi tertinggal di relung hatimu?

Sepi yang melingkupi semakin terasa pekat seiring langkahku yang berlalu pergi,
Menyamakan dengan suara langkahmu yang semakin tak terdengar di belakang sana.


"Aku tidak pernah ingin berpisah... Aku mencintaimu..."
entah mengapa kata-kata itu hanya terkunci di ujung lidah ini

***


Tulisan ini sebenarnya sudah lama saya tulis,bahkan dari awal lagu Seoul Lonely -- sebuah lagu dari boyband Phantom  featuring Gain (Brown Eyed Girl)-- dirilis.tapi karena terkendala margin kiri-kanan (saya males harus buka laptop heheh), baru sekarang bisa saya post J.
Ya, tulisan ini terinspirasi dari lagu tersebut, sebuah lagu dengan harmonisasi suara yang luar biasa, lirik yang dalam dan video yang sangat indah.




Senin, 11 Agustus 2014

My Kind Of Perfect

I was thinking about ya
I drew a little picture
But some things you cant put on paper

Like it like shooting stars?
I write songs on guitar
Got more things to do than stare at a mirror

I know, I know, she's gotta be out there, out there
I know I know she's gotta be.

Maybe I'm wrong
Maybe I'm right
Maybe I just let you walk by
What can I say
Maybe I've known you all my life
Is she the one? Is it today?
Will I turn the corner
See my future in a beautiful face
Maybe.

She's anything but typical
A sweet surprise
No matter what, she's looking at the bright side
It's gonna be worth it
Cause that's what love is
I'll keep searching for my kind of perfect

I know, I know, she's gotta be out there, out there
I know, I know, she's gotta be.

Maybe I'm wrong
Maybe I'm right
Maybe I just let you walk by
What can I say
Maybe I've known you all my life
Is she the one? Is it today?
Will I turn the corner
See my future in a beautiful face
Maybe.

They say give it time
Give it time, and it will fall in line
But I keep wondering how and when
And why I haven't met you

But maybe I'm wrong
Maybe I'm right
Is she the one? Is it today?
Will I turn the corner
See my future in a beautiful face
Maybe.

Maybe I'm wrong
Maybe I'm right
Maybe I just let you walk by
What can I say
Maybe I've known you all my life

Is she the one? Is it today?
Will I turn the corner
See my future in a beautiful face
Maybe...

I'll keep searching for my kind of perfect.

Lagu David Archuletta yang satu ini selalu membuatku tersenyum tipis.
Dengan mengubah objek lagu, mungkin, ini lagu yang bisa menjawab banyak pertanyaan mengenai... hati.

Ya, i just keep searching for my kind of perfect...